Saturday, April 28, 2012

Ikan sidat dimata masyarakat kita

Ikan sidat (ordo Anguilliformes), atau lebih dikenal dengan nama unagi di pasaran internasional, adalah jenis ikan yang memiliki kandungan gizi yang cukup tinggi, dan beruntunglah kita dikarenakan menurut data yang ada, Indonesia adalah negara penghasil sidat terbesar di dunia. Namun yang sangat disayangkan, entah itu dikarenakan faktor kekurang pedulian sebagian dari masyarakat kita terhadap kandungan gizi dari makanan yang mereka konsumsi, atau entah karena memang dikarenakan ketidaktahuan mereka terhadap kandungan gizi dari ikan sidat, atau karena memang harganya yang tak terjangkau, yang jelas jarang sekali kita temui didalam kehidupan masyarakat kita sehari hari tentang perbincangan yang menyinggung tentang ikan sidat, dengan kata lain masyarakat kita memang tidak tahu.

Perlu kita ketahui, permintaan pasar internasional terhadap ikan sidat  selama ini mencapai 300.000 ton per tahun. Dari total kebutuhan tersebut, permintaan Jepang terhadap jenis unagi kabayaki 150.000 ton per tahun. Tingginya permintaan pasar terhadap ikan sidat, terutama di negara Jepang, Hongkong, Korea Selatan, China, Taiwan dan negara lain bukanlah tanpa sebab,
Ikan sidat dikenal memiliki nilai gizi tinggi. Hati ikan sidat memiliki 15.000 IU/100 gram kandungan vitamin A. Lebih tinggi dari kandungan vitamin A mentega yang hanya mencapai 1.900 IU/100 gram. Bahkan kandungan DHA ikan sidat 1.337 mg/100 gram mengalahkan ikan salmon yang hanya tercatat 820 mg/100 gram atau tenggiri 748 mg/100 gram.
Dari penjelasan gizi yang terkandung pada ikan sidat, coba kita bayangkan seandainya konsumen utamanya adalah masyarakat di negara kita sendiri, bukanlah negara jepang misalnya, yang bahkan telah menerapkan tradisi memakan unagi, terutama pada hari Doyō no Ushi musim panas, mungkin kehidupan masyarakat di negara kita akan jauh lebih baik bila dibandingkan dengan sekarang ini dikarenakan terbiasa mengkonsumsi makanan bernilai gizi tinggi.

Yang menjadi kekhawatiran kita, sampai detik ini masih belum ditemukan tekhnologi yang tepat untuk membudidayakan ikan sidat di negara ini, dengan kata lain masih mengandalkan tangkapan alam, sehingga pada akhirnya turut mempengaruhi harga jual dari ikan sidat itu sendiri yang mencapai Rp 300.000 hingga Rp 600.000 per kg. Semoga kedepan nanti pemerintah lebih peka terhadap hal ini, dengan harapan dapat secepatnya menemukan solusi pembudidayaan yang tepat agar keberadaan ikan sidat tidak punah, diimbangi dengan gencarnya sosialisasi tentang tingginya kandungan gizi ikan sidat pada kehidupan masyarakat kita. Siapa tahu kelak, dengan keberhasilan pembudidayaan ikan sidat tersebut, harga per kilogram bisa turun hingga menjadi Rp.10.000 misalnya, agar semua lapisan masyarakat di negara kita yang mayoritas adalah kalangan tak mampu juga mampu membeli, kita doakan saja.

No comments:

Post a Comment